Sebelum sesi coaching, seorang klien saya mengatakan bahwa dia berhasil mencapai prestasinya di pekerjaan melalui proses yang penuh perjuangan. Dia pun meyakini bahwa untuk sukses memang perlu dijalankan dengan penuh kerja keras. Saya menggali lebih jauh apa yang dia maksud dengan "penuh perjuangan", dia pun menjelaskan dalam prosesnya, leadernya selalu mem-followup tiap hari, menegurnya dengan keras dan tidak jarang menyindir bahkan mendendanya bila tidak menjalani komitmen. Menurutnya cara seperti itu efektif untuk dia.
Ketika kami diskusikan lebih dalam, ternyata dia mengakui bahwa sebetulnya dia tidak begitu "enjoy" dengan cara itu karena dia termotivasi oleh atasannya atas dasar "tidakenakan", bahkan "keterpaksaan". Ini yang biasa dinamakan "motivasi eksternal". Dia ingin agar prosesnya lebih nyaman namun tetap dengan "kecepatan tinggi".
Selama beberapa kali sesi coaching, kami berhasil menemukan cara agar klien mengejar prestasinya dengan lebih menyenangkan dan tidak se-"painful" sebelumnya. Saya memfasilitasi dia untuk menselaraskan pentingnya mengejar prestasi terhadap values dan jati dirinya, bahkan terhadap visi dan misi hidupnya.
Dia pun melaporkan bahwa sekarang hidup dia jauh lebih menyenangkan, leadernya heran karena dia mengejar presrasinya dengan kecepatan tinggi tanpa harus terus menerus dipantau. Dia bilang arti hidup dan pekerjaannya jauh lebih "clear" karena dia telah menemukan motivasi internalnya yang bekerja dengan lebih permanen.
No comments:
Post a Comment