Di dalam dunia bisnis, kinerja karyawan merupakan salah satu
faktor penting untuk memastikan kesuksesan bisnis tersebut. Dan tentunya
setiap atasan atau pemilik bisnis menginginkan untuk memiliki karyawan-karyawan
yang terbaik di bisnis mereka. Bila kita menyebut kata “terbaik” dalam konteks
bisnis, kita seringkali berpedoman dengan istilah kompetensi, atau apakah
sesorang kompeten atau tidak dalam pekerjaannya.Lalu, apakah yang dimaksud
dengan kompetensi? Dan, orang yang seperti apakah yang bisa disebut kompeten
dalam pekerjaannya?
Biasanya kita berpedoman dari hasil-hasil yang seseorang
lakukan dalam pekerjannya selama ini. Bila dia memberikan hasil yang baik atau
memuaskan ekspektasi kita, maka kita pun menyebutnya kompeten. Atau, apakah dia
sudah memiliki keahlian atau pengalaman yang sesuai dengan yang kita butuhkan.
Bila ya, maka kita menyimpulkan dia kompeten dalam pekerjaan yang kita sediakan
untuknya.
Nah, sudah banyak ahli atau literature yang mendefinisikan
istilah kompetensi. Kami tidak akan menjabarkan definisi-definisi tersebut di
sini, karena kita dengan mudah menemukannya di internet menggunakan search engine yang kita biasa gunakan.
Namun kalau bisa kami simpulkan, kompetensi didefinisikan sebagai berbagai
perangkat yang ada di seseorang agar dia bisa melakukan pekerjaannya dengan
unggul. Sayangnya, banyak praktisi bisnis mempersempit makna “perangkat”
tersebut hanya sebagai keahlian, pengalaman, kemampuan, atau pengetahuan yang
dimiliki seseorang, bahkan ada yang memasukan prestasi di dalamnya.
Lalu, apa yang terjadi bila seorang karyawan yang sudah
dianggap memiliki keahlian, kemampuan, pengalaman, pengetahuan, bahkan
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaannya, namun ternyata dia tidak
juga memberikan hasil atau prestasi yang kita harapkan?
Menurut kami, kompetensi bukan hanya itu. Masih banyak hal
lainnya yang perlu kita ketahui dari seseorang yang kita sebut sebagai
kompetensi. Intinya, kompetensi seseorang banyak yang melihatnya hanya dari
sisi brain saja.
Tahukah Anda bahwa seseorang tidak hanya ditentukan dari
sisi brain (kepandaian) saja? Kami
ingin menjelaskan bahwa istilah “perangkat” dalam definisi kompetensi di atas
dari pendekatan yang berbeda, namun bukan bertentangan dengan istilah keahlian,
kemampuan, pengalaman, atau pengetahuan yang sudah sering digunakan.
Mari kita istilahkan bahwa dalam diri manusia ada beberapa
level software yang tertanam jauh di
bawah sadarnya. Berbagai software
inilah yang mengendalikan bagaimana dan apa yang tiap manusia pikirkan,
bagaimana mereka mengambil keputusan, dan tentu saja pada akhirnya yang akan
menentukan perilaku-perilaku apa saja yang dia kerjakan, termasuk dalam
pekerjaannya. Beberapa jenis software
sudah disebut di atas, yaitu keahlian, pengalaman, kemampuan, dan pengetahuan. Software lainnya dijelaskan berikut ini.
Softaware selanjutnya
adalah beliefs (keyakinan). Software
ini berisi berbagai hal yang diyakini seseorang sebagai kebenaran. Apa yang
diyakini seorang karyawan tentang pekerjaannya, peruahaannya, tanggung
jawabnya, dan lain-lain akan membentuk beliefs
system dalam dirinya. Beliefs seseorang
terbentuk dari berbagai pengalaman yang dia dapatkan sepanjang hidupnya, apakah
itu pengalaman dari orang tua, guru, teman, masyarakat, dan lain-lain.
Beliefs system kemudian
akan memebentuk software yang disebut
values(nilai-nilai diri). Values adalah
hal-hal yang dianggap penting oleh seseorang. Karena seseorang menganggap
penting suatu hal, maka tentunya dia akan melakukan segalanya, baik itu yang
dia sadari atau yang dia tak sadari, untuk memenuhi values tersebut. Apa yang dia anggap penting dalam hidupnya akan
mempengaruhi dia dalam menjalani pekerjaannya juga.
Beliefs system dan
values yang ada di diri seseorang
akan menentukan identity atau jati diri dia
dalam hidupnya. Apa yang dia yakini terhadap dirinya, apa yang penting bagi
dirinya, semua itu akan membentuk citra dirinya sebagai seseorang yang seperti
apa.
Keseluruhan softwares di
atas saling mempengaruhi dan menentukan bagaimana seseorang berpikir, beremosi,
dan mengambil keputusan di seluruh aspek kehidupannya, yang pada akhirnya
kepada perilaku-perilakunya. Berbagai perilaku seorang karyawan di tempat
kerja, misalnya, akan menentukan hasil kerjanya. Jadi, hasil kerja bukan hanya
ditentukan dari perilakunya saja, tapi dari berbagai softwares yang tertanam di dalam dirinya.
Kembali tentang kompetensi, maka sekarang lebih jelas bahwa
kompetensi seseorang bukan hanya cukup dilihat dari keahlian, pengalaman,
ketrampilan, dan pengetahuan saja, namun juga perlu mengetahui beliefs system, values, dan jati diri
dia, apakah semuanya itu selaras dengan fungsi dia dalam pekerjaanya. Selain
dari apa yang semuanya sudah dijabarkan di atas, pengaruh lingkungan juga penting agar keselarasan seluruh softwares di atas bisa maksimal. Maka tugas manajemen
adalah menyediakan kondisi lingkungan yang paling relevan kepada seluruh
karyawannya agar mereka bisa memaksimalkan berbagai softwares yang mereka miliki untuk memberikan hasil kerja yang
memuaskan.
No comments:
Post a Comment