Pernyataan ini berasal dari Carl Gustav
Jung, seorang psikoterapis dan psikitater dari Swiss.
Apa yang dimaksud
dengan pernyataannya itu adalah bahwa apa yang kita lihat atau rasakan di diri
orang lain atau penilaian apa yang kita berikan pada orang lain (apakah itu
penilaian positif atau negatif) adalah apa yang ada pada diri kita atau apa
yang kita secara tidak sadar butuhkan yang kita proyeksikan pada mereka.
Ini berasal dari
pemahaman bahwa untuk bisa mengenali perilaku atau sifat tertentu pada orang
lain, struktur perilaku atau sifat itu harus ada atau merupakan apa yang kita
butuhkan di dalam diri kita juga. Apa yang kita lihat pada orang lain adalah
refleksi dari diri kita sendiri.
Berikut adalah tiga contoh kejadian dan
apa yang mungkin merupakan proyeksinya:
1. Kejadian:
Rudi mengeluh bahwa atasannya tidak menyukainya karena atasannya
tersebut tidak pernah menghargai hasil kerjanya.
Kemungkinan yang Rudi
Proyeksikan: Mungkin Rudi memiliki kebutuhan untuk
dihargai dalam pekerjaan.
2. Kejadian: Nina, saat memberikan suatu
pelatihan di kantornya, merasa sebal dengan salah seorang peserta yang berasal
dari departemen marketing yang sepertinya sibuk sendiri dan tidak memperhatikan
pelajaran yang dia sedang berikan.
Kemungkinan yang Nina
Proyeksikan: Mungkin Nina adalah seorang yang terlalu
fokus dengan apa yang dia kejar dengan cara tidak menghargai atau memperhatikan
kebutuhan team-nya.
3. Kejadian: Tini
menegur temannya karena dia terlalu sering menghamburkan uang untuk berbelanja
pakaian.
Kemungkinan
yang Tini Proyeksikan: Tini
sedang merasa tidak aman secara finansial.
Kita bisa lihat
dari ketiga contoh di atas, bahwa apa yang mereka persepsikan mengenai orang
lain adalah proyeksi dari apa yang ada di diri mereka saat itu. Ketika kita
melakukan penilaian seperti itu mengenai orang lain, ada kecenderungan kita
berada dalam posisi
“Victim”, dan bukan dalam posisi “Victory” dalam kehidupan kita
sendiri.
Lalu bagaimana sebaiknya
sikap kita? Manakala kita sedang dalam kondisi menilai perilaku atau karakter orang
lain, segera sadari hal itu sebagai suatu umpan balik ke pada diri kita
sendiri. Gunakanlah pertanyaan ini pada diri kita, “Apa yang perilaku atau
sifat dari orang tersebut yang juga sesuai dengan keadaan kita sendiri?” Sebagai
latihan, silahkan kita ingat-ingat suatu peristiwa, entah itu di tempat kerja
atau di tempat lain, saat melakukan penilaian atau mengkritisi orang lain. Diam
sejenak dan evaluasi peristiwa tersebut dengan bertanya pada diri kita sendiri,
“Hal apa yang sebetulnya saya butuhkan yang saya lihat dari orang itu?” “Apa
yang dari orang tersebut tunjukan yang merupakan hal yang sama di diri saya?”
Di saat kita menyadari, ini merupakan
suatu pencerahan besar terhadap apa yang kita bisa sadari dari diri kita dan
ketika kita sudah menyadarinya, hanya kitalah yang mampu merubah kondisi
internal kita.
Pelajaran dari hal
ini adalah di saat kita merasa tidak senang atau tidak suka dengan orang lain,
hanya ada satu tempat untuk mendapatkan jawaban bagaimana mengatasinya, yaitu
dengan melihat ke dalam diri kita sendiri. Ketika kita merubah persepsi di
dalam diri kita, tiba-tiba dunia di sekitar kita, termasuk pandangan kita
terhadap orang yang kita tidak suka, pun ikut berubah.
No comments:
Post a Comment