Wednesday, September 1, 2010

Yes Man, The Movie

Saya baru saja menonton film HBO berjudul Yes Man. Sebuah film comedy dengan pemeran utama Jim Carrey. Saya rasa film ini bagus juga. Alur ceritanya lucu, Jim Carrey seperti biasa banyak menggunakan gaya-gaya slapstick-nya. Walaupun begitu, ternyata ada misi dan moral yang bisa kita ambil.

Ceritanya begini. Ada seorang pria bernama Carl Allen, yang diperankan Jim Carrey. Dia sosok pria "looser", at least, berdasarkan apa yang dia percayai sendiri. Dia tidak sadar bahwa dia merasa dirinya sebagai looser sebetulnya banyak disebabkan oleh perilakunya, yaitu, sering sekali menolak, berkata TIDAK/NO setiap kali orang di sekitarnya minta bantuannya, baik itu di pekerjaan, dengan temannya, dll, dia selalu membuat alasan ini itu untuk tidak memenuhi permintaan teman-temannya, sehingga banyak orang yang menjauhinya.

Suatu saat dia dibawa oleh seseorang ke suatu self-help seminar. Uniknya, seminar itu memiliki satu konsep sederhana agar pesertanya selalu mengatakan YA/YES terhadap berbagai permintaan orang lain. Awalnya Carl meremehkan konsep tersebut, hingga akhirnya sang motivator dari seminar tersebut menantangnya, dengan membuat suatu sumpah sakral (covenant), agar Carl selalu mengatakan YA setiap kali seseorang meminta tolong kepada dia. Nah, dari sinilah mind-set Carl mulai jungkir balik.

Singkat cerita, dengan selalu mengatakan YA mulai merubah kehidupan Carl, dalam bentuk yang luar biasa dan tak disangka sangka. Karena dia mau membantu seorang tunawisma, dia akhirnya berkenalan dengan seorang wanita cantik yang enerjik. Dalam pekerjaannya, dia kemudian mendapatkan promosi bahkan mendahului boss-nya sendiri dan naik ke level direksi.

Ternyata konsep YA ini betul-betul merubah Carl hingga ke belief system-nya 180 derajat. Dulunya dia dijauhi teman-temannya karena dia punya belief bahwa dia seorang looser. Sekarang, dia selalu mendapatkan keberuntungan karena selalu mengatakan YA. Bahkan, ketika suatu saat dia terpaksa mengatakan TIDAK, dia malah mengalami kesialan-kesialan karena dia punya belief baru bahwa jika dia melanggar sumpah sakral tersebut maka dia akan menerima kesialan-kesialan. Dan memang itulah yang terjadi padanya ketika dia terpaksa mengatakan TIDAK.

Semakin lama keberuntungannya semakin besar, hingga suatu saat teman wanitanya itu mengatakan cintanya dan menyatakan ingin menjalin hubungan yang lebih jauh lagi dengan Carl. Pada akhirnya wanita tersebut mengetahui bahwa Carl mengikuti self-help seminar tadi dan dia kecewa dan curiga, jangan-jangan selama ini Carl mau berteman dan menemuinya karena Carl tidak bisa mengatakan TIDAK. Wanita itu marah, jangan-jangan selama ini Carl hanya mengatakan YA padanya karena tuntutan dari seminar tersebut dan bukan dari keinginannya sendiri. Karena marah, wanita itu pun menjauhinya.

Hari-hari setelah wanita itu pergi, Carl pun mulai menyadari bahwa ternyata dia memang betul-betul menyukai bahkan mencintai wanita itu. Dia kehilangan akal untuk meyakini wanita itu hingga akhirnya dia pergi menemui sang motivator kembali. Lalu tebak apa yang dikatakan sang motivator tersebut? Covenant (janji sakral) yang dia paksakan kepada Carl ternyata hanya improvisasi dia saja saat seminar dan tidak ada arti apa-apa. Namun hal ini justru telah masuk ke alam bawah sadar Carl hingga merubah belief system dia. Sang Motivator itu pun menjelaskan, bahwa konsep YA adalah bukan yang selama ini Carl praktekan. Dia menjelaskan bahwa Carl semestinya mengatakan YA apabila hati kecilnya yakin dan percaya. Itu saja. Wah, hal ini betul-betul membuat Carl shock dan akhirnya dia menyadari bahwa mengatakan YA dan TIDAK itu bukanlah suatu keharusan atau keterpaksaan, seperti yang selama ini dia lakukan baik itu sebelum dan sesudah mengikuti seminar tersebut. Justru, dia memiliki pilihan untuk mengatakan TIDAK atau YA, bila hal itu memang berasal dari hati nuraninya. Seminar itu sebetulnya meminta pesertanya untuk jujur pada diri sendiri dan menyatakannya tanpa ada tekanan.

Sekali lagi belief system Carl berubah, ter-update. Dengan belief system yang terakhir ini, dia akhirnya bisa menemui teman wanitanya, dan bisa meyakinkannya untuk menerima cinta Carl. Ya akhirnya film ini selesai.

Nah, pelajaran dan moral yang bisa saya ambil dari film ini tentunya adalah tentang belief system. Begitu kuatnya suatu belief system, hingga terpancar dalam bentuk perilaku secara verbal dan non verbal bagi seseorang dan bahkan bisa menjadikannya kenyataan. Hal lain yang saya bisa dapatkan dari film ini, menolong orang lain justru banyak memberikan manfaat dan kebaikan baik bagi orang tersebut dan diri kita. Singkatnya, rejeki datang dari arah yang tidak diduga-duga, hehehe..

3 comments:

Basketball said...

Wah, bener banget nih mengenai belief system. tapi jangan sampai belief system ini merusak belief kita dengan Tuhan. Betul Pak?
Karena memang selama kita belief pasti bisa terjadi semuanya..
Artikel yang sangat bagus pak :)

Indra said...

Keliahatannya menarik sekali filmya. Sayang gak punya HBO.

GUDANG DOWNLOAD MATERI ISO,HRD,HSE-SMK3,BALANCED SCORE,AUDIT INTERNAL, SIX SIGMA said...

salam kenal bagi aygn butuh materi seputar hrd,hse,audit internal langsung datang download saja gratis disini ya...